Monday, March 30, 2009

Agama To Lotang Dalam Kepercayaan Epos Suci La Galigo
oleh Tim Wacana Nusantara
27 February 2009


Epos la galigo dalam sebuah epos sakral dimata masyarakat bugis, epos ini mengisahkan bahwa dewa utama yang disembah oleh manusia (sebelum masuknya islam) adalah Patotoqe Atau Sang Penentu Nasib yang bermukim di istana boting langiq atau kerajaan langit. Patotoqe mengutus anaknya ke bumi yang bernama Togeq Langiq atau yang di sebut sebagai Batara Guru. Kemudian Batara Guru menikah dengan Sepupuhnya yang bernama We Nyiliq Timo Dari Kerajaan Bawah Laut. Inilah yang merupakan Cikal Bakal dari Raja-raja Dibumi. Dewa-dewa itulah yang disembah dalam kepercayaan lama masyarakat bugis.

Sekelompok minoritas orang bugis, yang sebagian besar menetap Di Desa Buloe Kabupaten Wajo, Dan Amparita Kemacatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang Atau Sidrap adalah penganut agama To Lotang yang masih konsisten mempertahankan Agama Leluhur Bugis Klasik dulu. Menurut sejarahnya pada awalnya nenek monyang To Lotang berasal dari tanah wajo. Ketika Agama Islam Masuk di wajo dan diterima sebagai agama Kerajaan semua masyarakat kerajaan memeluk islam kecuali Penduduk desa Wani yang menolak islam. Raja pun mengusir mereka sebagain penduduk desa Wani menetap di desa Buloe Kabupaten Wajo dan sebagian lainnya mengungsi ke Desa Amparita Kabupaten Sidenrang Rappang (Sidrap).

Penganut agama To Lotang mempercayai adanya tuhan yang maha esa yang mereka sebut Dewata Seuae. Menurut mereka kehidupan manusia didunia ini adalah kehidupan periode kedua. Dan periode pertama yakni periode jaman sewerigading dan pengikutnya. Kitab suci mereka adalah La Galigo Dan Sawerigading adalah sebagai Nabi Mereka.

Kitab suci penganut agama To Lotang adalah La Galigo dan nabi mereka yakni Sawerigading itulah kepercayaan klasik yang dijaga hingga kini oleh masyarakat To Lotang. Seperti dalam epos la galigo pemimpin agama tertinggi disebut Uwaq kepada nya lah segala persembahan dan doa disampaikan, kemudian Pemimpin Agama atau Uwaq lah yang menyampaikan permintaan-perminta an kepada sang dewata. Di bawah Uwaq terdapat uwaq-uwaq yakni diistilahkan sebagai uwaq pendamping dari pemimpin uwaq. Uwaq-uwaq pendamping inilah yang membantu pemimpin uwaq atau ketua uwaq dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Uwaq-uwaq pendamping ini berjumlah 7 orang.

Penganut agama To Lotang mengakui adanya Mola Lelang atau menelusuri jalan yang berarti kewajiban yang harus dijalankan oleh penganutnya sebagai pengabdian kepada Sang Dewata Seuae. Kewajib tersebut terdapat dalam 3 macam yakni :
1. Mappaenre Inanre (Membawa sesembahan Nasi)
2. Tudang Sipulung (Duduk berkumpul)
3. Sipulung (Berkumpul)
Kegiatan kegiatan itu dipimpin oleh uwaq dan dibantu oleh uwaq-uwaq pendampingnya.

Ada dua macam aliran dalam agama To Lotang yakni To Lotang To Wani dan To Lotang To Benteng. To Lotang To Wani melaksanakan agama leluhur mereka secara murni, sedangkan To Lotang To Benteng mengakui bahwa dia adalah agama Islam tetapi sehari-harinya melaksanakan Ajaran agama To Lotang. Ajaran islam yang laksanakan hanya sebatas acara perkawinan dan acara kematian.

Berikut pemaparan Kepercayaan dari dua Aliran To Lotang:

To Lotang To Wani
- Mengaku tidak lagi mengikuti Sawerigading tetapi hanya mengikuti ajaran La Pannaungi
- Taggilinna Sinapatie artinya Sebagai perubahan situasi dunia yang dihuni oleh manusia baru setelah musnah
- Ada Periode Appengenna to wani, tidak ada Sabuqna
- Perkawinan menurut keyakinan adat sendiri
- Penyelenggaraan Mayat dengan cara sendiri
- Pusat ritus Sipulung di Perriq Nyameng
- Tempat kegiatan persembahan adalah Kuburan
- Tidak mengakui kalau Kepercayaan mereka Islam

To Lotang To Benteng
- Mengaku mengikuti ajaran Sawerigading
- Taggilinna Sinapatie diartikannya sebagai perjalanan Sawerigading ke langit ke 7 susun dan bumi 7 lapis
- Tidak adanya Appengenna to wani tetapi mengakui Sabuqna yang menggambarkan Sawerigading pulang ketanah 7 lapis untuk memegang jabatan baru.
- Acara Perkawinan berdasarkan Agama Islam
- Penyelenggaraan Mayat Secara Islam
- Pusat kegiatan di sumur kecuali kuburan Uwattaq Matanre Batunna
- Secara Formal mengaku Islam

No comments: